Uskup Larantuka, Mgr. Frans Kopong Kung, Pr., ketika mengumumkan perayaan Lima Abada Tuan Ma di Larantuka, pada tanggal 07 Oktober 2009 yang lalu, meminta agar Semana Santa menjadi momentum pembaharuan iman dalam ziarah bersama Bunda Maria. Tema umum yang ditetapkan adalah "Berziarah bersama Bunda Maria".
Lima abad Tuan Ma "tinggal" di Larantuka. Dalam rentang waktu yang panjang itu, banyak hal yang telah terjadi berhubungan dengan perkembangan iman umat. Dalam hal penyebaran iman (Katolik), boleh dibilang Larantuka telah menjadi ikon. Nama Kota Larantuka begitu populer menembus batas wilayah. Banyak rasul awam dari Larantuka sudah sejak dulu menjejakkan kaki ke mana-mana menyebarkan iman Katolik. Bukti sejarahnya jelas, Suku-Suku, Marga, Klan asal Larantuka hampir menyebar di mana-mana di wilayah Nusantara, terutama ni NTT.
Dalam Surat Gembala, "Berziarah bersama Bunda Maria, memaknai Lima Abad Tuan Ma", Uskup Frans Kopong Kung, Pr., meminta agar umat menyadari perayaan Lima Abad Tuan Ma sebagai momen pembaharuan iman dalam ziarah bersama Bunda Maria. Perayaan yang akan berpuncak pada tanggal 07 Oktober 2010 mendatang harus menjadi gerakan pertobatan. Semua umat mesti bertobat. Orangtua perlu bertobat dan memberikan contoh hidup yang baik bagi anak-anak. Anak-anak juga perlu semakin sadar dalam menjaga nilai-nilai Kristiani. Pejabat pemerintah juga perlu semakin sadar akan tugasnya untuk melayani rakyat, bukan untuk mengeksploitir rakyat demi keuntungan pribadi. Singkatnya, dibutuhkan pembaharuan total, sehingga makna Semana Santa tetap kuat dihayati.
Pertobatan dan pembaharuan diri. Kiranya itulah makna paling penting dari Semana Santa dan Lima Abad Tuan Ma di Larantuka. Jika tidak, prosesi Semana Santa dari tahun ke tahun tak hanya lebih dari sebuah rutinitas tanpa makna. Jika tanpa makna, Mater Dolorosa (Bunda Berdukacita) yang diarak setiap tahunnya itu akan terus berduka dan menangis. Menangis melihat kehancuran anak-anaknya ke jurang nestapa. Meratapi perilaku anak-anaknya yang tak kunjung berubah. Kedukaannya justru semakin bertambah oleh karena anak-anaknya semakin jauh dari dirinya.
"O Vos Omnes Qui Transitis Per Viam, Attendite et Videte, Si Est Dolor Sicut Dolor Meus ......".
"Wahai Kamu KAlian Yang Melintas di Jalan, Pandanglah dan Lihatlah, Apakah Ada Kedukaan Seperti KedukaanKu......"
0 komentar:
Posting Komentar