Google BlogLarantuka NewsBar

Kisah Penculikan Pastor dan Dokter

PRAKATA


Beberapa bulan yang lalu saya didatangi oleh seseorang yang katanya berasal dari Sulawesi Tengah. Saya baru kenal saat itu, sebelumnya tidak. Beliau datang bersama seorang konfrater saya yang sudah cukup lama bertugas di Sulawesi. Mereka datang untuk memintaku agar mau menceriterakan kejadian penculikan yang kualami bersama seorang dokter yang bertugas di daerah tersebut beberapa puluh tahun silam.  ”Ah, apalagi yang masih kuingat karena pengalaman itu terjadi sudah begitu sangat lama?” Namun karena ikatan emosional dengan kisah itu, akhirnya saya memutuskan untuk mencari penggalan catatan-catatan yang pernah kubuat dan kusimpan rapih di lemari kerjaku. Nah, itulah awal mula mengapa saya menceriterakan kembali peristiwa tersebut.

Waktu itu tahun 1949 sebagai orang muda saya diutus sebagai misionaris ke suatu daerah di Sulawesi Utara yang amat cantik dan indah seperti surga layaknya, yakni Minahasa. Seperti namanya yang cantik, Minahasa saya kira hingga kini pun masih tetap cantik. Apalagi kalau kuingat keramahan penduduk Minahasa yang bisa meluluhkan hati setiap orang yang mengunjunginya. Di daerah ini saya bertugas untuk beberapa tahun.  Setelah beberapa tahun tinggal di Minahasa dan tentunya  mengenal lebih baik tempat ini,  saya dipindahtugaskan dan diangkat menjadi Pastor Paroki di Sulawesi Tengah.

Pada bulan Agustus 1955  saya tiba di Palu, yang waktu itu menjadi Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah.  Sementara menunggu tempat tinggal yang tetap, saya ditempatkan di Palu. Waktu itu  saya  menginap di rumah seorang dokter dari Jerman yang saya tidak kenal sebelumnya. Namanya Dokter Georg Uhrmann. Nanti beliau akan menjadi salah satu tokoh yang penting dalam ceritaku  ini.  Dokter Uhrmann bertugas tidak hanya di kota Palu saja, tetapi juga mengelola sebuah klinik di Donggala, sebuah kabupaten yang indah.

Pada suatu kesempatan tanggal 13 Agustus 1955, saya ikut bersama dokter tersebut ke Donggala. Dalam perjalanan inilah kami mengalami kejadian yang begitu menegangkan serta menakutkan selama hidupku. Pengalaman ini begitu membekas dalam diriku, menorehkan luka amat dalam pada diriku, dan menimbulkan kepahitan dalam hidupku.  Dalam perjalanan ke Donggala kami diambil secara paksa oleh kelompok Islam radikal waktu itu, yaitu Darul Islam. Dalam peristiwa penculikan ini, bersama dokter saya sungguh mengalami ketegangan-ketegangan yang sangat menakutkan. Sembilan hari dalam penculikan kami sudah merasa seperti berada dalam api pencucian, antara hidup dan mati, walaupun saya sendiri belum tahu bagaimana rasanya berada dalam api pencucian.

Melalui proses perundingan tertentu akhirnya kami dibebaskan. Dokter Urhmann ditampung dan dilindungi oleh pemerintah setempat untuk diberangkatkan menuju Makasar. Saya sendiri bermalam atau diinapkan di markas Komandan Militer untuk kemudian menunggu kesempatan dapat segera diberangkatkan dengan kapal ke Manado. Saya kemudian tinggal tidak lama di Minahasa, walaupun sebetulnya itulah tempat tugas saya. Mereka berpendapat lebih baik saya mengambil cuti untuk menenangkan diri. Selesai cuti, demi keamanan saya ditugaskan di Pulau Jawa. Dalam cuti tersebut, saya berkesempatan bertemu dan menginap di rumah Dokter Uhrmann di Munchen. Dan setelah pertemuan tersebut, kami pun masih saling berkirim surat. Namun setelah sekian lama, saya tidak dapat menghubungi beliau lagi. Sungguh sangat sayang sekali .…Saya mencari informasi dari dokter yang lain, tetapi tetap tidak berhasil menghubunginya lagi. Dan saya sendiri masih berkesempatan 2 kali kembali ke Indonesia khususnya ke Pulau Jawa. Saya menyesal karena tidak bisa berpamitan dengan orang-orang yang selama ini sungguh saya kenal dengan baik. Kemudian saya dihadapkan pada pilihan untuk datang dan berkunjung untuk keempat kalinya atau tidak, tetapi saya merasa sudah tidak sanggup lagi.

Akhir kata, saya sungguh sangat berterima kasih kepada tamu saya yang datang jauh-jauh dari Palu dan konfrater saya Pastor Cor van Bavel MSC. Berkat campur tangan beliau berdualah saya bisa dan berkesempatan untuk dapat menceriterakan kisah nyata ini.


Pada Pesta Maria Diangkat ke Surga
Sittard, 15 Agustus 2006
Joos Jötten MSC

Kisah Penculikan Pastor dan Dokter
Joos Jotten MSC
Harga retail :Rp. 60.000,-
Harga kami :Rp. 54.000,-
Anda menghemat :Rp. 6.000,-   (10%)

 
Inspiring Your Spiritual Growth


VISI DAN MISI CALON KANDIDAT PILKADA FLORES TIMUR - 2011

SONATA
(SOGA NARAN LEWOTANA)
YOSEPH LAGADONI HERIN, S.SOS - VALENTINUS TUKAN, SAP.


VISI:
"Terwujudnya Manusia dan Masyarakat Flores Timur Yang Semakin Sejahtera, Mandiri dan Bermartabat"


MISI:
  1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.
  2. Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia.
  3. Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Tata Ruang.
  4. Peningkatan Pelayanan Kepada Masyarakat Berbasis Teknologi Informasi.

STRATEGI PENCAPAIAN:
  1.  Bantuan Keuangan Untuk Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Rp. 250 Juta per Desa/Kelurahan.
  2. Beasiswa Bagi Tenaga Perawat dan Bidan (40 Orang Setiap Tahun) Untuk Mengatasi Kekurangan Tenaga Kesehatan.
  3. Beasiswa Bagi Putera/Puteri Lewotana Untuk Sekolah Menjadi Guru Bidang Studi Matematika, Fisika, Kimia, Bahasa Jerman, dan Geografi Serta Peningkatan Kapasitas Guru Bidang Tertentu Dalam Program S-II.
  4. Pembangunan Sarana Dasar (Jalan, Jembatan, Listrik, Air) Untuk Percepatan Mobilitas Masyarakat.
  5. Pengembangan Tata Ruang Kota Larantuka Sebagai Gerbang Kabupaten Flores Timur Menuju Kota Wisata Rohani Internasional.
  6. Alokasi Dana Desa/Kelurahan (ADD) Untuk Setiap Desa/Kelurahan Minimal Rp. 50 Juta.
  7. Peningkatan Tunjangan Kepala Desa Minimal Setara Harus Lebih Tinggi Dari Gaji Sekretaris Desa Yang PNS, Termasuk Aparat Desa (Kepala Dusun, RT/RW, BPD, Kader Posyandu).
Bersama SONATA Kita Bisa !!!!...... Pastikan Nomor 2.....

Berita Katolik:

BUNDA REINHA - Film Dokumenter Metro TV

Kurs Rupiah:

BlogLarantuka Paypal:

 
!-- START OF ADDME LINK --> Search Engine Submission - AddMe