Awal Januari 2010, tepatnya tanggal 18 Januari 2010, Keuskupan Larantuka membuka layanan Pusat Teknologi Komunitas (PTK). Kegiatan utama PTK berupa pelatihan komputer dan internet. Layanan yang dikelola oleh Delegasi Sosial (Delsos KPSE) ini memberi nilai lebih bagi pengelolaan program keuskupan, seperti pengarusutamaan gender, penanganan HIV/AIDS, pertanian, dan keuangan mikro.
Penerima manfaat layanan PTK adalah para fasilitator program keuskupan dan warga di Kabupaten Flores Timur. Para fasilitator bisa menjelajah di maya untuk mencari tulisan, gambar, video yang menjadi rujukan atau mendukung pengelolaan program. Hasilnya, dukungan teknologi informasi ini mendorong penerapan program semakin maksimal.
Menurut Constantino Conrado, pengelola PTK, setiap minggu puluhan warga yang tersebar di tiga pulau, yaitu Flores Daratan, Pulau Solor, dan Pulau Adonara berlatih komputer di PTK. Umumnya, mereka baru mengenal komputer sehingga materi pelatihan masih seputar pengetahuan dan keterampilan komputer dasar.
“Warga harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke PTK. Peserta dari Flores Daratan atau Kecamatan Titehena harus menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam. Warga di Pulau Solor atau Kecamatan Solor Timur harus naik perahu sekitar 45 menit. Lalu, warga Pulau Adonara atau Kecamatan Ileboleng harus naik perahu sekitar 1,5 jam,” kisah Rado, panggilan akrab Costantino Conrado.
Kendala utama yang dihadapi PTK adalah ketersediaan listrik. Di Kabupaten Flores Timur, dalam sehari listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) bisa mati 2 hingga 3 kali. Terkadang dalam satu minggu ada satu-dua hari listrik mati total. Tanpa listrik, pelatihan tidak dapat dilaksanakan. Selain itu, listrik yang byar-pet ini bisa merusak peralatan. Hingga kini, PTK belum menemukan jalan keluar atas persoalan ini.
Namun Pengelola PTK tetap bersemangat, mereka percaya akses informasi akan mendorong perubahan di bumi Larantuka. Banyak perubahan setelah adanya PTK, seperti warga bisa mendapatkan pengetahuan-pengetahuan tentang pertanian yang dibutuhkan untuk mendayagunakan pengembangan dan peningkatan hasil tani. Para pengelola program keuangan micro bisa mengerjakan tata kelola administratif yang lebih efektif atas dukungan komputer.
Hal itu disampaikan oleh Fabianus Tapen Masan, fasilitator PTK lainnya. Dia kadang terharu dengan semangat warga yang telah menempuh jarak yang jauh, hanya untuk belajar komputer. Semangat itu yang terus menyemangatinya meskipun banyak kendala dalam pengelolaan PTK.
Disadur dari:
0 komentar:
Posting Komentar